Minggu, 27 November 2016

Bogoshipo

Rindu tak taukah engkau aku merindumu disetiap detik waktuku, hampir saja rindu ini membuatku mati. Kemana saja kau rindu? Mungkinkan kau merindu yang  lain? Lantas bagaimana dengan aku? Tak bisakah kau melihatku? Tak nampakkah aku dihadapanmu?  Aku kecil, sekecil nyaliku untuk berbicara denganmu. Namun asal kau tahu saja, sedetikpun kau tak pernah hilang di pikiranku. Bagaimana aku harus menjelaskan keadaan ini? Aku tersiksa merindumu, membuatku gila untuk menemukan dimana kau berada.
Rindu. Musim kini telah berganti, tapi mengapa aku tak juga bisa melihatmu ?. Rindu. Aku benar benar kehilangan diriku, karena kau adalah sebagiannya. Kau nyalakan api rinduku, dan disaat kumerindu lantas kau pergi. Apa yang sebenarnya kau inginkan?

Kamis, 26 Mei 2016

Remember You

Hi fe, sudah satu tahun ya semenjak aku memutuskan untuk menyerah. Menyerah dan merelakan kamu dengan yang lain. Tapi entah kenapa suasana pagi ini membawaku lagi kedalam perasaan yang sudah lama aku buang itu. Duduk disebelahmu diruangan yang tenang dan dengan pemandangan indah ini, aku tak ingin hari ini berlalu begitu saja, aku ingin berlama disini, disampingmu. Sambil  kita menulis hal-hal yang harus kita tulis, disini. Dan pagi ini aku senang berada disini, entah karena ruangan ini memang nyaman dan pemandangannya indah, atau entah karena kau ada disampingku.
Fe, rasanya aneh. Aku merasa jahat. Jahat karena ingin bersamamu, sedangkan aku tahu kau punya kekasih. Tapi aku selalu berpikir “kenapa bukan aku ya?” ahh entahlah, mungkin Tuhan punya rencana lain untukku. Meskipun hanya bisa seperti ini, meskipun hanya duduk disampingmu aku tak masalah, aku tak akan berharap lebih kepadamu yang sudah ada pemilik. Fe, belakangan ini kenapa kau hantui lagi pikiranku yang telah lama melupakannmu? Apa kau berharap perasaan itu masih ada? Aku biasanya tidak memikirkan orang-orang yang tidak memikirkanku, dan jika aku tiba-tiba saja ingat seseorang itu adalah tanda bahwa orang tersebut sedang memikirkanku, begitu kuatnya telepati yang kubangun dengan mereka yang ada disekitarku.
Aku percaya, sesekali saat kau sendiri pasti kau teringat akan aku kan? Jujurlah saja, kau pasti juga memikirkan bagaimana perasaanku yang sesungguhnya padamu. Meskipun mungkin kau sudah tahu dari teman-temanku, temanmu juga. Aku teringat lagi fe, waktu kita pulang bersamaan dan besoknya kamu bilang “enak ya punya banyak pacar”. Aku cuma bisa nyengir sebab tahu waktu itu kamu juga sedang pdkt sama kekasihmu yang sekarang. Aku juga tak habis pikir kamu memilih dia daripada aku. Yaa, aku memang kalah pada waktu itu. Tapi sekarang? Enggak fe, aku tetap bisa dekatmu, aku masih bisa melihatmu setiap hari, aku bisa duduk disampingmu, dan aku bisa berjalan dibelakangmu. Meski hanya itu yang aku bisa.
Waah fe, berbicara tentangmu memang tak bisa sedikit. Aku selalu punya banyak kata yang aku rangkai untukmu. Sudah mulai siang, aku terlalu larut dalam lamunan pagiku disampingmu. Tanpa kusadari air mata ikut menetes mengingat kejadian-kejadian dulu. Kecewa atas hilangnya harapan yang pernah ku tulis di halaman hidupku. Andai saja yang bisa mendampinginmu itu aku fe. Fe, aku sudah mencoba berpindah kebeberapa hati tapi entah kenapa diujung cerita selalu bermuara kepadamu. Apa aku benar-benar belum bisa merelakanmu?

Rabu, 13 April 2016

Jika Kita Bersama


Halo sahabat...
Kita yang dekat secara tak sengaja, yang di satukan alam oleh keindahannya. Kini menjadi cerita indah pula di bagian perjalanan hidupku. Kalian mengisi satu sisi dalam hatiku. Begitupun dengan alam, yang telah sejak lama menjadi temanku.

Kita adalah kata yang dipertemukan dunia, kita pernah sama-sama rasakan panasnya mentari hanguskan hati. Kita pun pernah berjalan di kelamnya waktu, terjebak di dinginnya malam hingga tubuh terasa beku saat angin menembus tulang, menusuk kalbu.

Teman,
Alam terlalu indah untuk kita nikmati sendiri, terlalu anggun untuk kita kotori. Sehingga terlalu istimewa untuk begitu saja kita lewati.

Teman,
Terimakasih telah membawaku bersama kalian. Cukup lama aku berjalan sendiri, hingga saat kita jumpa hari itu, tajam matamu tikam jiwaku. Alam yang kita jelajahi bersama ajarkan kita untuk bersahabat, ajarkan kita untuk bekerjasama, apalagi berbagi.

Salah satu pelajaran yang dapat aku ingan dari perjalanan itu; jangan berpegang pada ranting yang rapuh, hanya seolah memberi tempat berpegang namun akhirnya membuat jatuh juga.

Tapi kalian bukanlah ranting yang rapuh itu, kalian bagai dua belah batu keras. Bisa sebagai tempat berpegang, bersandar, dapat menerangi malam. Kenapa? Karena batu juga bisa menyalakan api. Bersama kita mencari damai diatas awan.

Indahnya alam tak akan aku ingkari, terselip air mata dibalik derai tawa. Tentang air mata, aku tak pernah ingin membagi dengan siapapun dan alasan apapun. Maafkan jika kalian tak suka dengan itu. Namun begitulah aku dilahirkan, tidak diajarkan untuk memohon belas kasihan. Tidak meminta tolong selagi masih bisa sendiri. Tapi alam begitu ramah, mengajarkanku untuk hidup bahu membahu, untuk menolong dan ditolong.